Daftar Isi

Wednesday, February 12, 2014

KEHAMILAN dengan ANEMIA



1. Pengertian
    Anemia adalah penurunan kapasitas darah dalam membawa oksigen, hal tsb dapat terjadi akibat penurunan sel darah merah dan atau penurunan hemoglobin (Hb) dalam darah.
 
   Efek pada individu bergantung pada tingkat keparahan anemia dan derajat penurunan kapasitas darah dalam membawa oksigen. Tanda dan gejala anemia meliputi pucat pada membran mukosa, keletihan, pusing, pingsan, sakit kepala, nafas dangkal, peningkatan frekuensi jantung (takikardi), dan palpitasi.

2. Anemia Fisiologis Pada Kehamilan
    Selama kehamilan, volume plasma maternal meningkat secara bertahap sebanyak 50%, atau meningkat sekitar 1200 ml pada saat cukup bulan. Peningkatan sel darah merah total adalah sekitar 25% atau kira-kira 300 ml. Hemodilusi relatif ini menyebabkan penurunan konsentrasi Hb yang mencapai titik terendah pada trimester kedua kehamilan dan meningkat kembali pada trimester ketiga. Perubahan ini bukanlah perubahan patologis, tetapi merupakan perubahan fisiologis kehamilan yang diperlukan untuk perkembangan janin.

3. Klasifikasi Anemia
A. Anemia Defisiensi Zat Besi
     * Penyebab
        1. Penurunan asupan atau absorbsi zat besi, termasuk gangguan gastrointestinal seperti diare atau hiperemesis.
         2. Kebutuhan yang berlebihan, misalnya pada ibu hamil atau hamil kembar.
         3. Infeksi kronis, terutama saluran perkemihan.
         4. Perdarahan akut atau kronis, contohnya menoragia, perdarahan hemoroid, perdarahan antepartum dan pascapartum.
 
   Di negara berkembang, penyebab lain anemia tersering adalah infestasi cacing tambang, infeksi seperti disentri amuba, malaria akibat plasmodium falciparum dan perdarahan menahun akibat parasit, seperti ankilostomiasis.

   Untuk membantu mencegah anemia pada wanita hamil, bidan harus memahami tidak hanya masalah medis, observasi klinis, pengkajian riwayat medis, tetapi juga situasi sosial dan demografis yang menyebabnya, .

   Absorbsi zat besi bersifat kompleks dan cenderung menurun selama trimester pertama dan meningkat selama sisa kehamilan dan selama beberapa bulan pertama puerperium. Absobsi zat besi juga dipengaruhi oleh bioavailabilitas zat besi dalam diet. Zat besi paling mudah diabsorbsi dalam bentuk yang ditemukan dalam daging merah dan produk gandum seperti roti gandum. Jika makanan yang berupa makanan vegetarian bioavailabilitasnya rendah. Absorbsi zat besi dihambat oleh teh dan kopi, tetapi meningkat dengan asam askorbat yang terdapat pada jus jeruk dan buah-buahan segar.

     * Penatalaksanaan
        1. Pemberian zat besi oral.
            Sediaan zat besi oral yang diberikan secara profilaktik berisi salah satu garam besi, baik dalam bentuk kombinasi dengan asam folat maupun yang tidak. Terapi zat besi oral memiliki efek samping gastrointestinal yang harus diwaspadai. Efek samping tersebut berkaitan dengan dosis yang tinggi, meliputi mual, nyeri epigastrik dan konstipasi. Hal ini dapat dikurangi dengan meminum suplemen zat besi setelah makan dan menunda pengobatan hingga usia kehamilan 16 minggu.
        2. Pemberian zat besi injeksi.
             Zat besi juga dapat diberikan secara intramuskuler atau intravena sehingga tidak melewati saluran gastrointestinal. Hal ini bermanfaat bagi ibu yang tidak dapat meminum, menoleransi, atau mengabsorbsi sediaan zat besi oral. Injeksi tidak boleh digabungkan dengan pemberian zat besi oral karena akan meningkatkan efek toksik, misalnya sakit kepala, pusing, mual, dan muntah.

     * Bahaya Anemia Defisiensi Zat Besi.
A. Pada Ibu.
1. Pada kehamilan.
     a. Abortus (keluarnya janin pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu dengan berat kurang dari 500 gram).
     b. Prematur (keluarnya janin pada usia kehamilan kurang dari 37 minggu).
     c. Intra Uterine Growth Retardation (IUGR) adalah gangguan pertumbuhan pada janin.
   d. Mudah terjadi infeksi.
   e. Ancaman dekompensasi kordis (Hb < 7 gr%).
   f. Mola hidatidosa (hamil anggur).
   g. Hiperemesis gravidarum (muntah yang berlebihan pada masa kehamilan).
   h. Perdarahan antepartum (perdarahan sebelum kelahiran).
   i. Ketuban Pecah Dini (KPD).
2. Pada persalinan.
    a. Gangguan his (gangguan kontraksi uterus).
    b. Kala satu dapat berlangsung lama dan terjadi partus terlantar.
    c. Kala dua dapat berlangsung lama dan sering memerlukan tindakan operasi.
     d. Kala tiga dapat diikuti retensio plasenta (plasenta yang tertinggal di uterus), dan perdarahan post partum (perdarahan nifas) akibat atonia uteri (kegagalan tonus uterus untuk kontraksi).
     e. Kala empat dapat terjadi perdarahan post partum sekunder dan atonia uteri.
3. Pada nifas.
    a. Subinvolusi uteri (kegagalan perubahan fisiologis uterus).
    b. Infeksi puerperium (infeksi nifas).
    c. Pengeluaran ASI berkurang.
    d. Dekompensasi mendadak.
    e. Anemia puerperium (anemia nifas).
    f. Mudah terjadi infeksi.

B. Pada Janin.
1. Abortus.
2. Prematur.
3. Intra Uterine Growth Retardation (IUGR).
4. Berat Badan Absolut Rendah (BBAR) dengan kriteria BB < 1000 gr.
5. Berat Badan Lahir Sangat Rendah (BBLSR) dengan kriteria BB < 1500 gr.
5. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) dengan kriteria BB < 2500 gr.
6. Cacat bawaan.
7. Mudah terkena infeksi.
8. Intelegensia rendah.

B. Anemia Defisiensi Asam Folat.
    * Penyebab.
        Anemia defisiensi asam folat terutama adalah penurunan asupan diet dan atau penurunan absorbsi. Asam folat diperlukan untuk peningkatan pertumbuhan sel ibu dan janin, tetapi masalahnya terdapat penurunan fisiologis kadar fosfat serum selama kehamilan. Anemia ini cenderung terjadi di akhir kehamilan saat janin tumbuh dengan cepat.

    * Penatalaksanaan
       Resiko defisiensi asam folat dapat dikurangi dengan menganjurkan ibu hamil untuk memilih serta mempersiapkan makanan yang tinggi asam folat dengan tepat. Sumber asam folat terdapat pada sayuran berdaun hijau, seperti sawi, brokoli, bayam, tetapi kandungan asam folat dalam sayuran ini mudah hilang jika direbus atau dikukus. Sumber asam folat lain, seperti kacang, kacang hijau, pisang, jeruk, alpukat, asparagus, dan jamur. Atau meminum suplemen asam folat 0,4 mg/ hari.

C. Anemia Defisiensi Vitamin B12.
    * Penyebab
       Kadar vitamin B12 menurun selama kehamilan, tetapi anemia ini jarang terjadi karena tubuh mengambilnya dari cadangan yang ada. Defisiensi dapat menyebabkan anemia megaloblastik dan sering terjadi pada vegetarian yang tidak mengonsumsi produk daging.

    * Penatalaksanaan
       Ibu hamil dianjurkan mengonsumsi makanan yang mengandung tinggi vitamin B12 dan meminum vitamin B12 selama kehamilan.

4. Pemeriksaan dan Pengawasan.
     Dari klasifikasi anemia diatas, anemia defisiensi zat besi (Fe) yang paling sering terjadi, sehingga menegakkan diagnosis diperlukan pemeriksaan dan pengawasan laboratorium dengan memeriksa tinja dan menggunakan alat sahli untuk mengetahui kadar Hb pada darah bumil. Klasifikasi kadar Hb pada bumil adalah sbb :
a. Hb 11 gr%     normal
b. Hb 9-10 gr%  anemia ringan
c. Hb 7-8 gr %    anemia sedang
d. Hb < 7 gr %    anemia berat

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Darah.
1. Komponen yang berasal dari makanan :
    a. Protein, glukosa, dan lemak.
    b. Vitamin B12, B6, asam folat, dan vitamin C.
    c. Elemen dasar Fe, ion Cu, dan zink.
2. Sumber pembentukan darah (sumsum tulang).
3. Kemampuan reabsorbsi usus halus terhadap bahan yang diperlukan.
4. Umur sel darah merah (eritrosit) yang terbatas (sekitar 120 hari). Sel-sel darah merah yang sudah tua dihancurkan kembali untuk dijadikan bahan baku untuk membentuk sel darah yang baru.
5. Perdarahan kronis.
    a. Gangguan menstruasi.
    b. Penyakit yang menyebabkan pada perempuan, seperti mioma uteri, polip serviks, dan penyakit darah.
    c. Parasit dalam usus, seperti askariasis, ankilostomiasis, dan taenia.
 
   Akhir kata, saya berharap anda memberikan komentar yang membangun untuk kemajuan artikel ini, dan semoga artikel ini berguna untuk kita semua, amin.

 


3 comments:

Post a Comment

Silahkan tinggalkan komentar setelah membaca artikel ini!!!