Daftar Isi

Monday, February 17, 2014

TUBERKULOSIS PULMONER PADA KEHAMILAN

1. Pengertian
     Tuberkulosis (TB) disebabkan oleh basil tuberkel, Mycobacterium Tuberculosis. Paru-paru merupakan organ yang paling terinfeksi, meskipun sebenarnya penyakit ini menyerang berbagai organ. Penyakit ini ditransmisikan melalui inhalasi droplet terinfeksi yang ada di udara dari individu yang menderita TB aktif. Penyakit ini dapat juga diperoleh dari ternak yang terinfeksi melalui susu dan produk susu yang tidak terpasteurisasi.
     Insiden TB menurun selama beberapa dekade hingga akhir-akhir ini jumlah kasus tersebut meningkat kembali. Peningkatan dengan persentase terbesar terjadi pada mereka yang berusia 25-44 tahun, oleh karena itu TB menjadi semakin sering terjadi pada wanita usia subur. Sejumlah wanita tersebut didiagnosis terinfeksi TB untuk pertama kali pada kehamilan, angka prevalensi 143,3 per 100.000 persalinan.

2. Faktor yang Berperan dalam Peningkatan Insiden TB Paru
    1. Wanita dan anak-anak yang bermigrasi dari area endemik TB.
    2. Berkembangnya organisme yang resisten terhadap berbagai obat.
    3. Meningkatnya jumlah orang dewasa dan anak-anak yang terinveksi TB.

3. Gejala TB Paru
     Awitan TB primer sering kali bersifat laten dan gejalanya bersifat tidak spesifik seperti, keletihan, malaise, kehilangan nafsu makan, berat badan menurun, perubahan pola defekasi, dan demam ringan. Gejala tersebut dapat diinterpretasikan sebagai gejala yang biasa terjadi pada kehamilan. Gejala klasik seperti batuk kronis, keringat di malam hari, hemoptisis, dispnea, dan nyeri dada dapat muncul cukup lambat pada proses penyakitnya, dan sering kali tidak terjadi pada TB ekstrapulmoner.
     
4. Pemeriksaan
     Jangan melakukan pemeriksaan sinar-X pada kehamilan karena dikhawatirkan terjadi kelainan pada janin dan ada pengaruhnya terhadap DNA . Pemeriksaan mikroskopik dan kultur sputum diperlukan untuk menginformasikan adanya infeksi mikrobakterial dan mengidentifikasi resistensi obat.

5. Penatalaksanaan
    Semua wanita hamil yang menderita TB harus berada dibawah pengawasan dan perawatan dokter yang menatalaksanakan aspek klinis pengobatan ibu dan kerjasmama tenaga spesialis yang ahli dalam menangani penyakit ini.
     JTC (2000) dan Bothamley (2001) menganjurkan digunakannya terapi antituberkulosis standar untuk mengobati TB pada kehamilan. TB diobati dalam dua fase. Fase pertama melibatkan penggunaan rifampisin, isoniazid, dan pirazinamid yang diminum setiap hari selama 2 bulan pertama. Fase kedua (lanjutan), rifampisin, dan isoniazid diminum selama 4 bulan berikutnya. Obat ini dianggap aman dianggap aman dan tidak berhubungan dengan malformasi janin. Tuli kongenital pernah dilaporkan terjadi pada bayi yang terpajan streptomisin in utero sehingga obat antituberkulosis ini sebaiknya dihindari pada kehamilan. Bagian dari peran bidan pada periode ini adalah memastikan bahwa ibu mematuhi terapi obat tersebut dan memahami pentingnya mematuhi program pengobatan untuk menyembuhkan penyakit ini dan mencegah terbentuknya basil yang resisten terhadap obat.

No comments:

Post a Comment

Silahkan tinggalkan komentar setelah membaca artikel ini!!!