Daftar Isi

Monday, February 17, 2014

TUBERKULOSIS PULMONER PADA KEHAMILAN

1. Pengertian
     Tuberkulosis (TB) disebabkan oleh basil tuberkel, Mycobacterium Tuberculosis. Paru-paru merupakan organ yang paling terinfeksi, meskipun sebenarnya penyakit ini menyerang berbagai organ. Penyakit ini ditransmisikan melalui inhalasi droplet terinfeksi yang ada di udara dari individu yang menderita TB aktif. Penyakit ini dapat juga diperoleh dari ternak yang terinfeksi melalui susu dan produk susu yang tidak terpasteurisasi.
     Insiden TB menurun selama beberapa dekade hingga akhir-akhir ini jumlah kasus tersebut meningkat kembali. Peningkatan dengan persentase terbesar terjadi pada mereka yang berusia 25-44 tahun, oleh karena itu TB menjadi semakin sering terjadi pada wanita usia subur. Sejumlah wanita tersebut didiagnosis terinfeksi TB untuk pertama kali pada kehamilan, angka prevalensi 143,3 per 100.000 persalinan.

2. Faktor yang Berperan dalam Peningkatan Insiden TB Paru
    1. Wanita dan anak-anak yang bermigrasi dari area endemik TB.
    2. Berkembangnya organisme yang resisten terhadap berbagai obat.
    3. Meningkatnya jumlah orang dewasa dan anak-anak yang terinveksi TB.

3. Gejala TB Paru
     Awitan TB primer sering kali bersifat laten dan gejalanya bersifat tidak spesifik seperti, keletihan, malaise, kehilangan nafsu makan, berat badan menurun, perubahan pola defekasi, dan demam ringan. Gejala tersebut dapat diinterpretasikan sebagai gejala yang biasa terjadi pada kehamilan. Gejala klasik seperti batuk kronis, keringat di malam hari, hemoptisis, dispnea, dan nyeri dada dapat muncul cukup lambat pada proses penyakitnya, dan sering kali tidak terjadi pada TB ekstrapulmoner.
     
4. Pemeriksaan
     Jangan melakukan pemeriksaan sinar-X pada kehamilan karena dikhawatirkan terjadi kelainan pada janin dan ada pengaruhnya terhadap DNA . Pemeriksaan mikroskopik dan kultur sputum diperlukan untuk menginformasikan adanya infeksi mikrobakterial dan mengidentifikasi resistensi obat.

5. Penatalaksanaan
    Semua wanita hamil yang menderita TB harus berada dibawah pengawasan dan perawatan dokter yang menatalaksanakan aspek klinis pengobatan ibu dan kerjasmama tenaga spesialis yang ahli dalam menangani penyakit ini.
     JTC (2000) dan Bothamley (2001) menganjurkan digunakannya terapi antituberkulosis standar untuk mengobati TB pada kehamilan. TB diobati dalam dua fase. Fase pertama melibatkan penggunaan rifampisin, isoniazid, dan pirazinamid yang diminum setiap hari selama 2 bulan pertama. Fase kedua (lanjutan), rifampisin, dan isoniazid diminum selama 4 bulan berikutnya. Obat ini dianggap aman dianggap aman dan tidak berhubungan dengan malformasi janin. Tuli kongenital pernah dilaporkan terjadi pada bayi yang terpajan streptomisin in utero sehingga obat antituberkulosis ini sebaiknya dihindari pada kehamilan. Bagian dari peran bidan pada periode ini adalah memastikan bahwa ibu mematuhi terapi obat tersebut dan memahami pentingnya mematuhi program pengobatan untuk menyembuhkan penyakit ini dan mencegah terbentuknya basil yang resisten terhadap obat.

ASMA PADA KEHAMILAN

1. Pengertian
    Asma merupakan gangguan pernafasan yang paling sering terjadi dengan insiden 3% dari populasi umum keadaan ini dapat mempersulit 0,4-1,3% dari seluruh kehamilan.
    Kehamilan tidak selalu mempengaruhi status asmatik maternal, beberapa wanita tidak mengalami perubahan gejala asma sementara beberapa wanita lainnya mengalami perburukan penyakit tersebut.
    Wanita yang mengalami asma berat dan mereka tidak dapat mengendalikan asmanya tampak mengalami peningkatan insiden hasil maternal dan janin yang buruk, termasuk kelahiran dan persalinan premature, penyakit hipertensi pada kehamilan, bayi terlalu kecil untuk usia gestasinya, abrupsio plasenta, korioamnionitis, dan seksio sesaria.

2. Penatalaksanaan
    A. Asuhan Antenatal
         Prinsip penatalaksanaan asma pada bumil tidak berbeda dengan penatalaksanaan asma pada wanita yang tidak hamil. Tetapi pada ibu hamil penatalaksanaannya ditambah dengan pemantauan janin.
         Penatalaksanaan yang tepat adalah dengan menggunakan Peak Expiratory Flow Rates (PEFR) untuk memantau tingkat resistensi pada jalan nafas yang disebabkan oleh inflamasi dan atau bronkospasme.
    B. Asuhan Intrapartum
        Peningkatan kortison dan adrenalin dari kelenjar adrenal selama persalinan dianggap dapat mencegah serangan asma selama persalinan. Terdapat obat tertentu yang harus dihindari selama kehamilan dan persalinan karena memiliki efek bronkospasme, obat tersebut adalah prostaglandin intravena, intraamniotik, dan transservikal. Ibu yang pernah menerima kortikosteroid selama kehamilan harus ditingkatkan dosisnya guna mengatasi stres persalinan, dan biasanya diberikan hidrokortison 100mg secara intramuskular setiap 6 jam dan selama 24 jam setelah kelahiran.
    C. Asuhan Pascanatal
        Ibu harus dianjurkan untuk menyusui, dapat melindungi bayi dari penyakit alergi tertentu. Tidak ada satupun obat asma yang disekresikan kedalam ASI dalam jumlah yang cukup untuk membahayakan neonatus. 

Sunday, February 16, 2014

PENYAKIT JANTUNG PADA KEHAMILAN



1. Pendahuluan
     Pada sebagian besar kasus, penyakit jantung didiagnosis sebelum kehamilan. Namun demikian, tetap saja masih terdapat sekelompok kecil wanita yang berada di klinik antenatal dengan penyakit jantung yang belum didiagnosis. Meskipun penyakit jantung terjadi pada kehamilan, yaitu kurang dari 1% penyakit ini berperan secara signifikan dalam peningkatan morbiditas dan mortalitas.

2. Klasifikasi Penyakit Jantung
     A. Penyakit Jantung Rheumatik.
          Insiden penyakit jantung rheumatik (rheumatic heart disease [RHD]) penyakit ini masih menjadi penyakit jantung yang paling banyak terjadi di negara berkembang. RHD menyebabkan inflamasi dan pembentukan skar pada katup jantung dan menyebabkan terjadinya stenosjs katup. Katup mitral adalah katup yang paling sering mengalami stenosis, terjadi pada dua per tiga kasus stenosis. Penyakit ini biasanya bersifat asimptomatik dan sering kali baru terdiagnosis pada kehamilan. Sebagian besar wanita yang menderita penyakit katup jantung dapat diatasi dengan obat, seperti diuretik, bloker beta, atau digoksin. Gangguan dengan gejala yang lebih besar mungkin memerlukan intervensi pembedahan, seperti valvoplasti balon atau penggantian katup.

     B. Penyakit Jantung Kongenital.
          Defek jantung kongenital yang paling banyak ditemukan pada kehamilan adalah defek katup atrium, defek katup ventrikel, duktus arteriosus persisten, stenosis pulmoner, stenosis aorta, dan tetralogi fallot. Sebagian besar defek ini sudah dapat diatasi dengan pembedahan sejak masih kanak-kanak. Lesi jantung yang tidak diatasi dapat menyebabkan hipertensi pulmoner, sianosis dan gagal ventrikel kiri yang berat.
     - Penyakit Jantung Kongenital, meliputi :
       a. Sindrom Eisenmenger.
            Kondisi ini disebabkan oleh pirau darah kangn-kiri yang terjadi pada defek atrium, defek katup ventrikel, atau duktus arteriosus persisten. Hal ini meningkatkan aliran darah pulmoner yang sejalan dengan waktu akan menyebabkan fibrosis, hipertensi pulmoner, dan sianosis. Ibu yang menderita gangguan ini dianjurkan untuk menghindari kehamilan karena mortalitas maternal yang terjadi adalah 30%.
        b. Sindrom Marfan.
            Gangguan ini disebabkan oleh defek autosom dominan pada kromosom 15. Sindrom ini merupakan penyakit jaringan ikat yang mempengaruhi sistem muskuloskeletal, kardiovaskular, dan mata. Abnormalitas kardiovaskuler merupakan yang paling berbahaya karena serat elastis pada media pembuluh darah melemah. Usia rata-rata terjadinya sindrom ini adalah 32 tahun. Kehamilan pada sindrom ini menimbulkan resiko yang signifikan karena adanya peningkatan tekanan pada sistem kardiovaskular, terdapat juga 50% kemungkinan bahwa sindrom marfan akan diturunkan pada anak jika salah satu dari orang tua mengalaminya.
       c. Penyakit Iskemia Jantung.
            Penyakit ini jarang terjadi pada kehamilan, tetapi akan semakin sering terjadi seiring dengan bertambahnya usia ibu. Faktor resiko lain pada penyakit ini adalah merokok, hiperkolesterolemia, obesitas, dan penyalahgunaan obat.
       d. Endokarditis.
            Merupakan inflamasi jantung yang biasanya terjadi pada katup jantung. Penyakit ini disebabkan oleh mikroorganisme, misalnya bakteri dan jamur. Penyebab terseringnya adalah organisme streptokokus dan organisme ini menimbulkan bentuk subakut penyakit ini. Endokarditis akut disebabkan oleh organisme yang lebih virulen, misalnya staphylococcus aureus, streptococcus pneumoniae, dan neisseria gonorrhoeae. Ibu yang menderita penyakit jantung katup, memiliki katup buatan, memiliki riwayat endokarditis, dan menyalahgunakan zat intravena akan rentan terhadap penyakit ini.
       e. Kardiomiopati peripartum.
            Disebabkan oleh inflamasi dan pembesaran miokardium (kardiomegali) meningkatkan kegagalan ventrikel kiri jantung dan menyebabkan terjadi komplikasi tromboemboli. Beberapa wanita yang menderita kardiomiopati peripartum yang berat akan membutuhkan transplantasi jantung. Biasanya, ibu yang menderita penyakit ini tidak memiliki riwayat penyakit jantung sebelumnya dan insiden akan lebih tinggi pada ibu yang berusia lanjut, multipara, hamil kembar, dan hipertensi.

3. Perubahan Dinamika Kardiovaskular Selama Kehamilan.
     Pada kehamilan normal, profil hemodinamika mengalami perubahan dalam rangka memenuhi peningkatan kebutuhan pertumbuhan unit fetoplasenta. Meskipun hal ini meningkatkan beban jantung secara signifikan, ibu dengan kehamilan yang sehat akan dapat menyesuaikan dengan mudah terhadap perubahan fisiologis ini. Namun demikian, pada wanita yang sejak sebelumnya sudah menderita penyakit jantung, peningkatan beban kerja tersebut dapat mencetuskan terjadinya komplikasi.

4. Tanda dan Gejala Gangguan Jantung.
     Tanda dan gejala gangguan jantung, meliputi :
     1. Keletihan.
     2. Nafas pendek (dispnea).
     3. Sesak nafas sekalipun dalam keadaan tegak (ortopnea).
     4. Palpitasi.
     5. Nadi meningkat (kolaps).
     6. Nyeri dada.
     7. Edema perifer.
     8. Distensi vena jugular, dan
     9. Terbatasnya aktifitas.

5. Diagnosa.
    Bersamaan dengan tanda dan gejala, pemeriksaan laboratorium dapat membantu mendiagnosa penyakit jantung dan menentukan jenis lesi yang disertai dengan pengkajian kapasitas fungsional jantung saat ini. Pemeriksaan tersebut meliputi :
    1. Hitung darah lengkap.
    2. Elektrokardiografi.
    3. Foto toraks.
    4. Pemeriksaan bekuan darah.
    5. Ekokardiografi.

6. Resiko Ibu dan Janin.
    Resiko morbiditas dan mortalitas bergantung pada tiga faktor :
    A. Sifat lesi jantung.
    B. Efeknya terhadap kapasitas fungsional jantung, dan
    C. Komplikasi terhadap kehamilan.

      

Saturday, February 15, 2014

HIPEREMESIS GRAVIDARUM

              

1. Pengertian
     Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan yang dimulai antara usia kehamilan 4 dan 10 minggu dan hilang sebelum usia kehamilan 20 minggu, serta memerlukan intervensi khusus.

   Hiperemesis gravidarum sangat erat kaitannya dengan dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit, dan penurunan berat badan.

2. Etiologi
    Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti, namun ada beberapa teori tentang multifaktor penyebab hiperemesis gravidarum, berikut uraian multifaktor yang dimaksud.
   a. Endokrin
       Hiperemesis gravidarum lebih sering terjadi pada kehamilan kembar, hidramnion, dan mola hidatidosa yang berkaitan dengan peningkatan hormon estrogen dan HCG. Jika hiperemesis gravidarum dengan hipertiroidisme terjadi bersamaan, kemungkinan penyebabnya adalah disfungsi tiroid transien.
   b. Gastrointestinal.
   c. Psikologis.
       * Apakah si ibu dapat menerima kehamilannya.
       * Apakah kehamilannya diinginkan atau tidak
   d. Infeksi helycobacter pylori, organisme yang berperan dalam ulkus lambung.
   e. Riwayat hiperemesis.
   f. Faktor gizi/ anemia meningkatkan terjadinya hiperemesis gravidarum.

3. Gejala
    Gejala ringan atau minor berupa "emesis gravidarum" dapat semakin meningkat menjadi hiperemesis gravidarum. Pada keadaan hiperemesis gravidarum sudah terdapat gejala klinis yang memerlukan perawatan, seperti muntah yang berlebihan yang menyebabkan terjadinya dehidrasi, berat badan menurun, keluhan mental dalam bentuk delirium, diplopia, nistagmus, serta terdapat benda keton dalam darah sebagai akibat metabolisme anaerobik.

   Demikian kelompok "gestosis" mulai dari morning sickness, emesis gravidarum, sampai hiperemesis gravidarum merupakan penyakit yang sifatnya bertahap dan hanya terdapat pada keadaan hamil saja. Pada kehamilan tua terdapat gestose dalam bentuk preeklamsia dan eklamsia.

4. Patafisiologi 
    Diawali dengan mual muntah yang berlebihan sehingga dapat menimbulkan dehidrasi, tekanan darah menurun, dan diuresis menurun. Hal ini menimbulkan perfusi ke jaringan menurun untuk memberikan nutrisi dan mengonsumsi oksigen.

   Dampak dari semua masalah tersebut menimbulkan gangguan fungsi alat vital berikut ini.
1. Gangguan fungsi liver.
2. Gangguan fungsi ginjal.
3. Gangguan fungsi Sistem Saraf Pusat (SSP).
Mual muntah yang berlebihan dan berkelanjutan dapat menimbulkan gangguan fungsi umum alat-alat vital dan menimbulkan kematian.

5. Diagnosis Hiperemesis Gravidarum.
   Diagnosis hiperemesis gravidarum tidak terlalu sukar karena penyakit ini berkaitan dengan gestasio (hamil), yaitu hanya terdapat pada ibu hamil. Hiperemesis gravidarum yang berlangsung lama (umumnya antara 6-12 minggu) dapat menyebabkan gangguan tumbuh kembang janin intrauteri.

6. Pengobatan Hiperemesis Gravidarum.
1. Isolasi di kamar khusus di rumah sakit.
    a. Memberikan Konseling, Informasi, dan Edukasi (KIE) tentang hiperemesis gravidarum.
     b. Mengembalikan keseimbangan psikologis ibu hamil.
      c. Memberikan situasi dan ketenangan yang lebih baik.
      d. Memberikan perhatian khusus pada ibu hamil.
2. Terapi konservatif
     a. Rehidrasi (pemberian cairan untuk mengimbangi hilangnya cairan dan elektrolit).
     b. Mobilisasi.
     c. Terapi medikamentosa.
     d. Terapi radikal terminasi kehamilan.

7. Prognosis Hiperemesis Gravidarum
1. Rehidrasi berhasil dan turgor kulit pulih kembali.
2. Diuresis bertambah banyak sehingga benda keton semakin berkurang.
3. Kesadaran penderita semakin baik yang ditandai dengan kontak bertambah meyakinkan.
4. Keadaan ikterus semakin berkurang.
5. Hasil pemeriksaan laboratorium membaik, artinya benda keton semakin berkurang.

   Sekian artikel kesehatan yang saya buat, semoga bisa bermanfaat, amin.


Friday, February 14, 2014

HIPERTENSI PADA KEHAMILAN

   
               

1. Pengertian
     Penyakit medis yang sering terjadi pada kehamilan. Kira-kira 10% dari seluruh kehamilan. Ditandai oleh perubahan kardiovaskuler yang terjadi akibat kehamilan, dapat menginduksi terjadinya hipertensi pada wanita normotensif sebelum kehamilan, atau dapat memperburuk kondisi hipersentif yang sudah ada sebelumnya. Gangguan hipersentif meliputi berbagai gangguan kardiovaskular, hipertensi gestasional, preeklamsia, sindrom HELLP, eklamsia, dan hipertensi kronis.

2. Terminologi Hipertensi Dalam Kehamilan 
    Terminologi hipertensi dalam kehamilan mempunyai jangkauan lebih luas, meliputi 5 bentuk komplikasi kehamilan, diantaranya :
1. Hipertensi gestasional.
    Hipertensi yang terjadi tanpa tanda lain preeklamsia. Didiagnosis jika setelah beristirahat, tekanan darah ibu meningkat > 140/ 90 mmHg pada sedikitnya dua kali pemeriksaan, tidak lebih dari 1 minggu setelah minggu ke 20 kehamilan pada wanita yang diketahui normotif. Hipertensi yang didiagnosis untuk pertama kalinya pada kehamilan dan tidak membaik pada masa postpartum juga diklasifikasikan sebagai hipertensi gestasional.
2. Preeklamsia.
    Merupakan hipertensi yang didiagnosis berdasarkan proteinuria, jika proteinuria >1+ pada pemeriksaan dipstik atau >0,3 g/ L protein dalam spesimen urine tangkapan bersih yang diperiksa secara acak atau eksresi 0,3 gr protein/ 24 jam. Jika tidak terdapat proteinuria, dicurigai terjadi preeklamsia jika hipertensi disertai dengan gejala, seperti sakit kepala, penglihatan kabur, nyeri abdomen/ epigastrik, atau perubahan biokimia terutama jumlah trombosit yang rendah, dan kadar enzim hati yang tidak normal.
   * Preeklamsia ringan
      - Tensi 140/ 90 mmHg.
      - Kenaikan sistole 30 mmHg dan diastole 15 mmHg.
      - BB naik melebihi batas normal 0,5 kg/ minggu.
      - Proteinuria +1 edema ringan.
   * Preeklamsia berat.
      - Tensi 160/ 110 mmHg.
      - Edema.
      - Oliguria kurang dari 400cc/ 24 jam.
      - Proteinuria 5gr/ 24 jam plus 4-5.
      - Terdapat dispnea sianosis.
      - Janin mungkin
        IUGR.
        Asfiksia.
3. Eklamsia.
    - Konvulsi.
    - Kesadaran menurun sampai koma.
     - Kejang
4. Preeklamsia superimpose pada hipertensi menahun.
    - Hiperaktif reflek.
    - Sesak sianosis.
    - Gangguan visus.
    - Nyeri epigastrium.
    - Nyeri kepala.
5. Hipertensi menahun.
    Hipertensi ditegakkan setelah usia kehamilan 20 minggu dan menetap sampai 12 minggu postpartum.

3. Penanganan hipertensi kronik superimposed preeklamsia hingga eklamsia.
1. Evaluasi menyeluruh dan konsultasi kesehatan dengan departemen lain.
2. Pemeriksaan laboratorium lengkap disertai kultur.
3. Pemeriksaan kardiovaskuler-pulmonar.
4. Foto toraks.
5. ECG dan fungsi paru.

4. Konsep Dasar Pengobatan.
    Mempertahankan kehamilan sampai viable time.
     - Lebih banyak istirahat tirah baring.
     - Obat untuk mempertahankan kehamilan.
     - Obat supertif sehingga kesejahteraan maternal lebih terjamin.
     - Menurunkan tekanan darah sehingga dari komplikasi hipertensi, dengan berbagai manifestasi klinis.

5. Terminasi Kehamilan pada Hipertensi Kronis dalam Kehamilan.
1. Maternal.
    a. Kegagalan fungsi organ vital.
    b. Pengobatan konservatif gagal dengan makin meningkatnya tekanan darah dan terjadi perubahan yang memberatkan.
     c. Terjadi preeklamsia berat.
2. Fetal.
    a. Pergerakan janin makin menurun.
    b. Pertumbuhan janin terhambat.
    c. Keberhasilan janin hidup sulit dijamin karena prematuritas.

   Sekian artikel kesehatan yang saya buat, semoga bermanfaat buat kita semua, amin.


Wednesday, February 12, 2014

KEHAMILAN dengan ANEMIA



1. Pengertian
    Anemia adalah penurunan kapasitas darah dalam membawa oksigen, hal tsb dapat terjadi akibat penurunan sel darah merah dan atau penurunan hemoglobin (Hb) dalam darah.
 
   Efek pada individu bergantung pada tingkat keparahan anemia dan derajat penurunan kapasitas darah dalam membawa oksigen. Tanda dan gejala anemia meliputi pucat pada membran mukosa, keletihan, pusing, pingsan, sakit kepala, nafas dangkal, peningkatan frekuensi jantung (takikardi), dan palpitasi.

2. Anemia Fisiologis Pada Kehamilan
    Selama kehamilan, volume plasma maternal meningkat secara bertahap sebanyak 50%, atau meningkat sekitar 1200 ml pada saat cukup bulan. Peningkatan sel darah merah total adalah sekitar 25% atau kira-kira 300 ml. Hemodilusi relatif ini menyebabkan penurunan konsentrasi Hb yang mencapai titik terendah pada trimester kedua kehamilan dan meningkat kembali pada trimester ketiga. Perubahan ini bukanlah perubahan patologis, tetapi merupakan perubahan fisiologis kehamilan yang diperlukan untuk perkembangan janin.

3. Klasifikasi Anemia
A. Anemia Defisiensi Zat Besi
     * Penyebab
        1. Penurunan asupan atau absorbsi zat besi, termasuk gangguan gastrointestinal seperti diare atau hiperemesis.
         2. Kebutuhan yang berlebihan, misalnya pada ibu hamil atau hamil kembar.
         3. Infeksi kronis, terutama saluran perkemihan.
         4. Perdarahan akut atau kronis, contohnya menoragia, perdarahan hemoroid, perdarahan antepartum dan pascapartum.
 
   Di negara berkembang, penyebab lain anemia tersering adalah infestasi cacing tambang, infeksi seperti disentri amuba, malaria akibat plasmodium falciparum dan perdarahan menahun akibat parasit, seperti ankilostomiasis.

   Untuk membantu mencegah anemia pada wanita hamil, bidan harus memahami tidak hanya masalah medis, observasi klinis, pengkajian riwayat medis, tetapi juga situasi sosial dan demografis yang menyebabnya, .

   Absorbsi zat besi bersifat kompleks dan cenderung menurun selama trimester pertama dan meningkat selama sisa kehamilan dan selama beberapa bulan pertama puerperium. Absobsi zat besi juga dipengaruhi oleh bioavailabilitas zat besi dalam diet. Zat besi paling mudah diabsorbsi dalam bentuk yang ditemukan dalam daging merah dan produk gandum seperti roti gandum. Jika makanan yang berupa makanan vegetarian bioavailabilitasnya rendah. Absorbsi zat besi dihambat oleh teh dan kopi, tetapi meningkat dengan asam askorbat yang terdapat pada jus jeruk dan buah-buahan segar.

     * Penatalaksanaan
        1. Pemberian zat besi oral.
            Sediaan zat besi oral yang diberikan secara profilaktik berisi salah satu garam besi, baik dalam bentuk kombinasi dengan asam folat maupun yang tidak. Terapi zat besi oral memiliki efek samping gastrointestinal yang harus diwaspadai. Efek samping tersebut berkaitan dengan dosis yang tinggi, meliputi mual, nyeri epigastrik dan konstipasi. Hal ini dapat dikurangi dengan meminum suplemen zat besi setelah makan dan menunda pengobatan hingga usia kehamilan 16 minggu.
        2. Pemberian zat besi injeksi.
             Zat besi juga dapat diberikan secara intramuskuler atau intravena sehingga tidak melewati saluran gastrointestinal. Hal ini bermanfaat bagi ibu yang tidak dapat meminum, menoleransi, atau mengabsorbsi sediaan zat besi oral. Injeksi tidak boleh digabungkan dengan pemberian zat besi oral karena akan meningkatkan efek toksik, misalnya sakit kepala, pusing, mual, dan muntah.

     * Bahaya Anemia Defisiensi Zat Besi.
A. Pada Ibu.
1. Pada kehamilan.
     a. Abortus (keluarnya janin pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu dengan berat kurang dari 500 gram).
     b. Prematur (keluarnya janin pada usia kehamilan kurang dari 37 minggu).
     c. Intra Uterine Growth Retardation (IUGR) adalah gangguan pertumbuhan pada janin.
   d. Mudah terjadi infeksi.
   e. Ancaman dekompensasi kordis (Hb < 7 gr%).
   f. Mola hidatidosa (hamil anggur).
   g. Hiperemesis gravidarum (muntah yang berlebihan pada masa kehamilan).
   h. Perdarahan antepartum (perdarahan sebelum kelahiran).
   i. Ketuban Pecah Dini (KPD).
2. Pada persalinan.
    a. Gangguan his (gangguan kontraksi uterus).
    b. Kala satu dapat berlangsung lama dan terjadi partus terlantar.
    c. Kala dua dapat berlangsung lama dan sering memerlukan tindakan operasi.
     d. Kala tiga dapat diikuti retensio plasenta (plasenta yang tertinggal di uterus), dan perdarahan post partum (perdarahan nifas) akibat atonia uteri (kegagalan tonus uterus untuk kontraksi).
     e. Kala empat dapat terjadi perdarahan post partum sekunder dan atonia uteri.
3. Pada nifas.
    a. Subinvolusi uteri (kegagalan perubahan fisiologis uterus).
    b. Infeksi puerperium (infeksi nifas).
    c. Pengeluaran ASI berkurang.
    d. Dekompensasi mendadak.
    e. Anemia puerperium (anemia nifas).
    f. Mudah terjadi infeksi.

B. Pada Janin.
1. Abortus.
2. Prematur.
3. Intra Uterine Growth Retardation (IUGR).
4. Berat Badan Absolut Rendah (BBAR) dengan kriteria BB < 1000 gr.
5. Berat Badan Lahir Sangat Rendah (BBLSR) dengan kriteria BB < 1500 gr.
5. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) dengan kriteria BB < 2500 gr.
6. Cacat bawaan.
7. Mudah terkena infeksi.
8. Intelegensia rendah.

B. Anemia Defisiensi Asam Folat.
    * Penyebab.
        Anemia defisiensi asam folat terutama adalah penurunan asupan diet dan atau penurunan absorbsi. Asam folat diperlukan untuk peningkatan pertumbuhan sel ibu dan janin, tetapi masalahnya terdapat penurunan fisiologis kadar fosfat serum selama kehamilan. Anemia ini cenderung terjadi di akhir kehamilan saat janin tumbuh dengan cepat.

    * Penatalaksanaan
       Resiko defisiensi asam folat dapat dikurangi dengan menganjurkan ibu hamil untuk memilih serta mempersiapkan makanan yang tinggi asam folat dengan tepat. Sumber asam folat terdapat pada sayuran berdaun hijau, seperti sawi, brokoli, bayam, tetapi kandungan asam folat dalam sayuran ini mudah hilang jika direbus atau dikukus. Sumber asam folat lain, seperti kacang, kacang hijau, pisang, jeruk, alpukat, asparagus, dan jamur. Atau meminum suplemen asam folat 0,4 mg/ hari.

C. Anemia Defisiensi Vitamin B12.
    * Penyebab
       Kadar vitamin B12 menurun selama kehamilan, tetapi anemia ini jarang terjadi karena tubuh mengambilnya dari cadangan yang ada. Defisiensi dapat menyebabkan anemia megaloblastik dan sering terjadi pada vegetarian yang tidak mengonsumsi produk daging.

    * Penatalaksanaan
       Ibu hamil dianjurkan mengonsumsi makanan yang mengandung tinggi vitamin B12 dan meminum vitamin B12 selama kehamilan.

4. Pemeriksaan dan Pengawasan.
     Dari klasifikasi anemia diatas, anemia defisiensi zat besi (Fe) yang paling sering terjadi, sehingga menegakkan diagnosis diperlukan pemeriksaan dan pengawasan laboratorium dengan memeriksa tinja dan menggunakan alat sahli untuk mengetahui kadar Hb pada darah bumil. Klasifikasi kadar Hb pada bumil adalah sbb :
a. Hb 11 gr%     normal
b. Hb 9-10 gr%  anemia ringan
c. Hb 7-8 gr %    anemia sedang
d. Hb < 7 gr %    anemia berat

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Darah.
1. Komponen yang berasal dari makanan :
    a. Protein, glukosa, dan lemak.
    b. Vitamin B12, B6, asam folat, dan vitamin C.
    c. Elemen dasar Fe, ion Cu, dan zink.
2. Sumber pembentukan darah (sumsum tulang).
3. Kemampuan reabsorbsi usus halus terhadap bahan yang diperlukan.
4. Umur sel darah merah (eritrosit) yang terbatas (sekitar 120 hari). Sel-sel darah merah yang sudah tua dihancurkan kembali untuk dijadikan bahan baku untuk membentuk sel darah yang baru.
5. Perdarahan kronis.
    a. Gangguan menstruasi.
    b. Penyakit yang menyebabkan pada perempuan, seperti mioma uteri, polip serviks, dan penyakit darah.
    c. Parasit dalam usus, seperti askariasis, ankilostomiasis, dan taenia.
 
   Akhir kata, saya berharap anda memberikan komentar yang membangun untuk kemajuan artikel ini, dan semoga artikel ini berguna untuk kita semua, amin.